REFLEKSI DWI MINGGUAN KE-8 Modul 3.1
REFLEKSI DWI MINGGUAN KE-8 Modul 3.1
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan
Pada Refleksi dwi mingguan ini saya kembali menggunakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, yaitu 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P.
Facts (Peristiwa)
Menjelang memasuki modul 3.1, saya dikunjungi oleh pengajar praktik Bu Diana Pusfita. Tujuan Kunjungan PP ke sekolah saya adalah untuk melakukan Pendampingan Individu yang dalam hal ini berkaitan dengan pelaksanaan supervisi akademik. Yang bertindak sebagai Supervisor adalah PP, sedangkan saya bertindak sebagai Supervisee. Pada kegiatan supervisi akademik tersebut, saya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan pembelajaran KSE dikelas yang dipadukan dengan pembelajaran blended menggunakan google classroom, dengan paradigma coaching. Sebelum memulai pelaksanaan supervisi, PP melakukan pra observasi dulu kepada saya melalui pertanyaan-pertanyaan ringan tentang apa yang akan saya kembangkan dan tingkatkan dalam pembelajaran. Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan observasi supervisi dalam pembelajaran di kelas, kemudian setelah selesai kegiatan supervisi, PP melakukan kegiatan pasca observasi.bertanya terkait apakah apa yang saya harapkan di kelas sudah saya dapatkan atau belum, tercapai target atau tidaknya.
Pada tanggal 8 April kami pun melaksanakan lokakarya 4 yang dilaksanakan di SMAN 11 Garut mulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00. Saat Lokakarya tersebut saya bisa mengenal teman online lebih dekat dan kita bisa memperdalam ilmu sebelumnya terkait coaching dan supervisi akademik.
Pembelajaran pun dilanjutkan pada Ruang Kolaborasi yang dipandu oleh Pak Yadi Gunawiadi sebagai fasilitator. Pada Rukol ini kami dibagi menjadi tiga kelompok dan saya ada di kelompok pertama bersama 4 rekan lainnya yaitu Didin Wahyudin, Irma Puspitasari, Dita Mustika Wiati, dan Riska Kartikasari, saat itu kami diberikan kebebasan untuk memilih kasus baik yang dialami sendiri maupun kasus yang sedang ngetrend dan kita memposisikan diri sebagai kepala sekolah dan bagaimana masalah tersebut dipandang dari 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. Pada pembelajaran itu diakhiri dengan presentasi dan umpan balik yang diberikan oleh kelompok lain agar pemahaman kita lebih tebal terkait materi ini.
Memasuki sesi Demonstrasi Kontekstual dimana saya ditugaskan untuk mewawancarai 2 sampai 3 pimpinan (kepala sekolah) dan salah satunya kepala sekolah tempat kita mengajar sebagai wadah untuk menunjukkan pemahaman mengenai keseluruhan materi dan bertujuan agar CGP dapat melakukan suatu analisis atas penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajari tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan penerapan keputusan di sekolah asal masing-masing dan di sekolah/lingkungan lain.
Feeling (Perasaan)
Supervisi akademik biasa dilakukan di sekolah setiap tahunnya dan Kepala Sekolah atau Guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah sebagai supervisor nya, tetapi ada perasaan yang berbeda dimana pada supervisi versi yang biasa dirasakan adalah lebih banyak cemas daripada siap dalam pelaksanaannya, kenapa mungkin pada saat supervisi yang biasa dilakukan lebih ke Judging sehingga saya akan melaksanakan dengan perasaan penuh rasa takut salah dan takut memiliki nilai yang kurang, sedangkan pada supervisi akademik dengan dengan paradigma coaching saya merasakan bisa lebih tenang dan siap, merasa lebih nyaman, dan ada pengembangan diri yang berkelanjutan yang saya peroleh,serta tercipta hubungan kemitraan antara Coache (pengajar praktik sebagai supervisor) dengan Coachee (saya sendiri). Secara keseluruhan ada hal-hal yang menakjubkan bagi diri saya sendiri.
Finding (Pembelajaran)
Banyak hal yang bisa saya pelajari dalam mempelajari modul 3.1 ini, kita sebagai pendidik apalagi sebagai pemimpin pembelajaran tentunya akan selalu dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada Sembilan langkah pengujian keputusan yang dapat dilakukan ketika kita akan mengambil keputusan dan itu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar keputusan yang kita ambil memiliki lebih sedikit resiko dibandingkan dengan pengambilan keputusan dengan asal.
Dalam institusi pendidikan kita pun akan dihadapkan pada dilema etika dan bujukan yang merupakan hal yang dirasa berat untuk diputuskan, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup disini kita dituntut agar dapat bersikap reflektif, kritis, dan terbuka dalam menganalisis nilai-nilai kebajikan yang terkandung dalam sebuah pengambilan keputusan dilema etika. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal serta berpihak pada murid.
Future ( Penerapan Masa Depan )
Setelah mempelajari modul ini, saya berharap lebih siap dalam menentukan pengambilan keputusan yang bijaksana, yang berpihak pada murid, dan saya tidak akan pernah berhenti untuk senantiasa melatih keterampilan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang dapat diterapkan dilingkungan kerja saya sehingga jika suatu ketika ada masalah, saya dapat mengambil keputusan secara tepat, adil dan sesuai nilai-nilai kebajikan, bertanggungjawab dan berpihak pada murid
Comments
Post a Comment