Jiwa Keguruan Lebih Penting
Dalam sebuah forum seorang ustadz bertanya kepada KH. Abdullah Syukri Zarkasyi (Pengasuh Pon-Pes Gontor).
Apa rahasia agar institusi pendidikan maju dan diminati masyarakat ?
Kyai Syukri tersenyum dan tertawa kecil mendengar pertanyaan itu. Kemudian beliau menjawab dg pepatah arab yang masyhur terkait dengan guru dan pembelajaran:
المادة مهمة ولكن الطريقة اهم من المادة
“Materi Pembelajaran adalah sesuatu yang penting, *tetapi metode pembelajaran jauh lebih penting daripada materi pembelajaran.”
Jadi, sebagus apa pun materi pembelajaran, namun jika metode pembelajarannya kurang baik, maka hasilnya kurang maksimal.
Lalu beliau melanjutkan dgn bait berikutnya….
الطريقة مهمة ولكن المدرس اهم من الطريقة
“Metode pembelajaran adalah sesuatu yang penting,_ *tetapi guru jauh lebih penting daripada metode pembelajaran.”
Sehingga, sebagus apa pun metode pembelajaran, tetapi jika guru yang bersangkutan tidak mampu mengajar dengan metode tersebut, maka hasilnya pun sama, tidak akan maksimal.
Kemudian beliau menyampaikan ungkapan yang sangat inspiratif, yaitu:
المدرس مهم ولكن روح المدرس اهم من المدرس
“Guru adalah sesuatu yang penting, tetapi_ *jiwa guru jauh lebih penting* _dari seorang guru itu sendiri.”
Ungkapan yang sangat luar biasa!
Jiwa Guru jauh lebih penting! Ya, kekuatan batin, lebih didahulukan daripada kekuatan dzohir.
Kyai Syukri menjelaskan bahwa cara membangun jiwa adalah dengan meningkatkan kedekatan kita kepada Allah (اَلتَّقَرُبُ إلى اللّٰه )dengan melakukan amalan-amalan wajib, ditambah dan disempurnakan dengan amalan-amalan sunnah.
الطريقة اهم من المادة، ولكن المدرس اهم من الطريقة، بل روح المدرس اهم من المدرس نفسه.
Metode/teknik mengajar itu lebih penting dari materi ajar, tapi guru itu lebih penting daripada metode, akan tetapinya lagi, semua yg lebih penting itu adalah ‘jiwa guru-nya’.
Lalu, apakah yang dimaksud dengan Jiwa Guru? Azas pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara sebagaimana tercantum dalam https://sekolahmerdeka.wordpress.com/2014/03/31/ki-hajar-dewantara/ memberikan artikulasi yang menarik. Bagaimanakah cara mengembalikan jiwa guru kepada fitrah yang sejalan dengan gagasan dan harapan Bapak Pendidikan Nasional kita? Kita renungkan sejenak
Comments
Post a Comment